A. Arti dan prinsip Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Istilah belajar sepanjang hayat erat
kaitannya dengan istilah “pendidikan seumur hidup”. UNESCO Institute for
Education menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah
pendidikan yang harus :
- Meliputi
seluruh hidup setiap individu.
- Mengarah
kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara
sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan
kondisi hidupnya.
- Tujuan
akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.
- Meningkatkan
kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
- Mengakui
kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk
yang formal, non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses
belajar mengajar berdasarkan latar pendidikan seumur hidup yaitu :
membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif dan serentak dengan itu,
meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar
sepanjang hayat.
Belajar sepanjang hayat (life-long
learning) dan pendidikan sepanjang hayat di dalam kehidupan manusia
disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar (learning needs) dan
kebutuhan pendidikan (educational needs) yang terus tumbuh dan berkembang
sepanjang alur kehidupan manusia.
Konsep
Pendidikan Sepanjang Hayat(PSH)
PSH bertumpu pada
keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan,PSH merupakan
sesuatu proses bersinambungan yang berlangsung sepanjang hidup.Tokoh pendidikan
Johan Amos Comenius(1592-1671) mencetuskan konsep pendidikan bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang berguna di akhirat nanti.
PSH di definisikan
sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan
pengalaman pendidikan dan diperluas mengikuti rentangan usia,dari usia paling
muda sampai paling tua(Cropley;67).
Asas belajar sepanjang hayat (life
long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan
seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.
Ø Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
Ø Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Membentuk Kemandirian Melalui Pendidikan Sepanjang
hayat
Setiap manuusia yang lahir di dunia
ini tidak langsung dapat hidup mandiri. Di awal kehidupannya, ia akan
membutuhkan bantuan dari orang lain, bahkan cenderung tergantung terhadap orang
lain. Sejak bayi hingga anak-anak ia akan sangat membutuhkan peran keluarga dan
orang-orang di sekitarnya agar dapat membantu ia untuk bertahan hidup. Namun
seiring pertumbuhannya, sedikit demi sedikit ia akan mampu mengurangi tingkat
ketergantungannya kepada orang lain, sehingga lama kelamaan ia dapat menjadi
manusia yang mandiri.
Menurut Sudjana (2001: 227-228) perubahan
sikap dan perilaku di atas, yaitu dari menggantungkan diri kepada orang lain ke
arah sikap yang mandiri, merupakan indikator orang terdidik. Di pihak lain
seseorang yang hidupnya hanya menggantungkan diri kepada orang lain di sebut
orang yang belum atau tidak terdidik.
Pembelajaran merupakan proses yang
meliputi mengajar dan belajar. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan
dan abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi (Jurnal Ilmiah VISI
PTK-PNF, 2006: Vol. 1) Proses belajar akan mampu membuat manusia tumbuh
dan berkembang sehingga mampu menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami
perubahan dari yang sebelumnya selalu tergantung kepada orang lain menjadi
manusia yang mandiri, bahkan justru akan mampu membantu orang lain. Perubahan
seperti ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat selama manusia tersebut
masih hidup. Namun pada kenyataannya, sebagian besar manusia berhenti belajar
setelah mereka merasa cukup dewasa. Padahal pada dasarnya perubahan-perubahan
sikap menuju arah yang lebih baik harus selalu dilakukan untuk mempersiapkan
diri terhadap perubahan-perubahan yang timbul seperti halnya perubahan dalam
bidang kemajuan teknologi dan pengetahuan. Mereka yang terus melakukan proses
belajar akan dapat mengikuti perubahan yang ada, sedangkan mereka yang berhenti
untuk belajar akan merasakan kesulitan dalam menghadapi perubahan dan akan
cenderung menjadi manusia yang kurang mandiri.
Sudjana (2001: 228) berpendapat
bahwa dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan luar sekolah
dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat menyadari dan
mengakui potensi dan kemampuan dirinya. Peserta didik perlu dibantu untuk mampu
berdialog dengan dirinya dan lingkungannya. Program-program pendidikan non
formal diarahkan untuk memotivasi peserta didik dalam upaya mengaktualisasi
potensi diri, berpikir, dan berbuat positif terhadap lingkungan, serta mencapai
kepuasan diri dan bermakna bagi lingkungan.
Dalam kaitan asas belajar sepanjang
hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar
telah mengalami peningkatan.
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat
melaksanakan tugasnya secara proporsional.
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
d.Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana
pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
e. Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi
berbagai program pendidikan masyarakat
f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda:
kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap
patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan
budi luhur.
g.Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan
berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
serta prestasi di bidang olahraga.
h.Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat,
sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, keterampilan..serta..ketahanan..mental.
Pendidikan sepanjang hayat
memberikan arah sehingga pendidikan dikembangkan di atas prinsip-prinsip pendidikan berikut ini :
1.
Pendidikan berakhir apabila manusia
telah meninggalkan dunia fana.
2.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan
motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan
belajar.
3.
Kegiatan belajar ditujukan untuk
memperoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dimiliki.
4.
Pendidikan
memiliki tujuan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan
kegiatan belajar.
5.
Perolehan pendidikan merupakan
prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia.
6.
Pendidikan luar sekolah mengakui
eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah serta dapat menerima pengaruh dari
pendidikan sekolah.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat
adalah untuk perubahan dan tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan motivasi bagi peserta
didik agar dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dari dirinya
sendiridengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya. Delker (Dalam Sudjana, 2001 : 218) mengemukakan bahwa belajar
sepanjang hayat adalah perbuatan secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak
selalu memerlukan kehadiran pendidik. Proses belajar seperti itu idak disadari
oleh seseorang bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalam
kegiatan belajar. Kegiatan belajar sepanjang hayat adalah untuk
menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
B.
Rasionalnya Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Suatu proses pembelajaran
sepanjang hayat untuk memerolah pengetahuan yang menyeluruh dalam aspek
biologikal, sosiobudaya, pskologikal dan kerohanian kearah amalan tingkah laku
yang sehat dalam kehidupan . pendidikan dan pengetahuan ini membantu
pembentukan individu yang bertanggung jawab dan seterusnya mewujudkan
masyarakat yang bebas daripada gejala sosial yang semakin meningkat.
C.
Ciri-ciri Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Ø Ciri-ciri
Pendidikan Sepanjang Hayat yang diharapkan menjiwai
pendidikan masa kini:
a. Pendidikan Seumur Hidup menghilangkan tembok
pemisah antara sekolah dengan
lingkungan kehidupan nyata diluar sekolah.
b. Pendidikan Seumur Hidup merupakan kegiatan belajar sebagai integral dari proses hidup yang berkesinambungan.
c. Pendidikan Seumur Hidup lebih mengutamakan
pembekalan sikap dan
metode daripada isi pendidikan.
d. Pendidikan Seumur Hidup menempatkan peserta
didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama didalam proses pendidikan.
Program pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah yang menerapkan prinsip
belajar sepanjang hayat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Pembelajaran lebih ditekankan untuk menumbuhkan
belajar secara individual berdasarkan negosiasi pendidik dengan peserta didik.
1.
Program pembelajarannya fleksibel.
2.
Rekrutmen peserta didik tidak
menggunakan proses seleksi.
3.
Kendala dapat diatasi melalui
pendekatan kolaborasi.
4.
Kelangsungan proses belajar
berdasarkan kepentingan individu dan komunitas.
D.
Alasan Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Ø Beberapa
alasan Pendidikan Sepanjang Hayat diperlukan menurut Cropley :
a. Alasan
Keadilan.
b. Alasan
Ekonomi.
c. Alsan
faktor social yang
berhubungan dengan perubahan peranan
keluarga,remaja,dan emansipasi wanita dalam kaitanya dengan perkembangan iptek.
d. Alasan
perkembangan Iptek.
e. Alasan
sifat Pekerjaan.
Ø Alasan
Pendidikan Sepanjang Hayat perlu digalakan:
a. Pada
hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hidup
b. Sekolah
tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak menentu dan cepat berubah
c. Pendidikan
masa balita punya peranan penting sebagai fondasi pembentukan
kepribadian dan bagi aktualisasi diri.
d. Sekolah
tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperoleh kesempatan
berpendidikan
e. Biaya
penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal.
E.
Implikasi Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua - anak. Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan di
sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga.
Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua
setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan
sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar
apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan
sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan
dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan
modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di
sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai
moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi,
serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dirasakan
dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain : (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus keterampilan.
Adalah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah. Keharusan belajar sepanjang hayat sudah disepakati para pakar. Jauh sebelum itu, Islam adalah agama pertama yang merekomendasikan keharusan belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
Belajar sepanjang hayat ini dikemukakan pula oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan. Sebagai ketua Komisi tersebut Edgar Faure mengatakan : With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to the grave. (Faure, 1972, h.8)
Islam mewajibkan pemeluknya untuk belajar dan mengembangkan kemampuan nalarnya secara terus menerus bukan saja terhadap objek-objek di luar dirinya, tetapi juga terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu komunitas.
Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar, asal ia tetap menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on going process, atau on becoming. Persoalannya adalah, sebagian besar manusia tidak mendisiplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian besar manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. Sikap gede rasa ini umumnya disebabkan oleh kebodohan yang bersifat sosial dan mental / psiko-spiritual. Sebagian orang merasa telah dewasa karena telah berusia di atas 17 atau 21, atau telah selesai sekolah atau kuliah, telah memiliki gelar akademis, telah memiliki pasangan hidup, telah memiliki pekerjaan dan jabatan yang memberinya nafkah lahiriah. Hal-hal itu telah membuat mereka berhenti belajar, sehingga tidak lagi mengalami transformasi-transformasi dalam kehidupannya, sehingga mereka tidak siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang timbul. Sebaliknya bagi mereka yang senantiasa menjadikan proses belajar merupakan bagian dari kehidupannya mereka akan senantiasa siap mengantisipasi perubahan yang timbul atau bahkan perubahan yang diperoleh mereka sebagai akibat langsung dari proses belajar yang senantiasa mereka lakukan. Konsekwensi perubahan yang terjadi akan menjadi titik tolak bagi mereka untuk senantiasa terus belajar - on becoming a learner istilah yang dipakai Andrias Harefa- untuk selalu siap mengantisipasi perubahan yang akan muncul lagi sebab perubahan merupakan sesuatu yang abadi, selamanya akan muncul on and on.
Kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok diantaranya kegiatan yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Pada jalur pendidikan luar sekolah, sejak kehadirannya, kegiatan pembelajaran kelompok menjadi ciri utama. Dalam perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari berbagai teori pembelajaran dan dari pengalaman para praktisi di lapangan sehingga muncul kegiatan pembelajaran partisipatif. Dewasa ini pembelajaran partisipatif tidak saja digunakan dalam program-program pendidikan luar sekolah tetapi juga di beberapa kawasan di dunia ini, dan telah diserap serta diterapkan pada program-program pendidikan sekolah. Dengan demikian pembelajaran partisipatif telah menjadi bagian dari strategi pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di dalam proses pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat meliputi dua hal penting, diantaranya, pertama, dalam penyusunan dan pengembangan program belajar serta yang kedua, dalam upaya menumbuhkan kondisi supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar partisipatif. Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar; identifikasi sumber-sumber dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran; menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.
Produk dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas keilmuan yang objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan dlam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks, adaptasi, dan melakukan sendiri. Tegasnya perubahan tingkah laku peserta didik dalam ranah afektif, kognitif, psiko-motorik, dan konatif merupakan produk pembelajaran.