Pages

Sunday, May 9, 2021

LANDASAN PENDIDIKAN

 PENDAHULUAN

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian , karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya. Pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat, akhir-akhir ini pendidikan diarahkan untuk menanggulangi permasalahan putus sekolah, kenakalan anak, pengangguran dan dunia kerja. Akhir-akhir ini orang ramai membicarakan pembaharuan pendidikan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia. Bahkan mereka ada yang meragukan tentang guna dan makna pendidikan itu sendiri, biaya yang dikeluarkan sudah begitu banyak tetapi kadang mereka tidak bekerja sesuai dengan pengalaman yang dimiliki dengan lapangan pekerjaan yang ada.

Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Dari kenyataan tersebut, maka sudah tiba masanya sekarang pendidikan lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik. Berdasarkan uraian di atas , pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan , karena pengetahuan tentang psikologi pendidikan menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi setiap orang yang merasa dirinya seorang pendidik. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang dilakukan sangat perlu dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanaan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.

Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya. Salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau memperkecil permasalahan adalah berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan demikian dapat memperkecil dan memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran khususnya.

B.     Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1.      Apa pengertian landasan psikologi dalam pendidikan ?

2.      Bagaimanakah pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan ?

3.      Bagaimanakah implikasi landasan  psikologi dalam pendidikan ?

C.     Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1.      Memahami pengertian landasan psikologi dalam pendidikan,

2.      Mengetahui bagaimanakah pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan,

3.      Menjelaskan implikasi landasan  psikologi dalam pendidikan.

 

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Landasan Psikologi dalam pendidikan

Pengertian psikologi, menurut asal  katanya  psikologi  berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan  atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan.

Dari uraian diatas dapat kita ambil makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan , baik pada revisi dan pengembangan kurikulum, metode, rumusan , serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam pendidikan.Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut , maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang tinggi, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi tetap akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan.

Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah saat ini masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak memerhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja .

Dengan demikian sudah saatnya sekarang pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis peserta didik. Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.

B.     Landasan Psikologi dalam Pendidikan

Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang  kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar ( Tirtaraharja, 2005: 106 ).

Landasan psikologi   pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.

Pada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajar yang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bisa dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36) Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang paling terkenal yaitu : (a) teori koneksionisme dari Thorndike, (b) teori kondisioning dari Pavlov, dan (c) teori kondisioning operan (operant conditioning) dari Skinner.

1.      Teori koneksionisme (E. L. Thorndike)

Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :

  1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
  2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
  3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.

Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip: (1) aktivitas diri, (2) minat atau motivasi, (3) kesiapan mental, (4) individualisasi, dan (5) sosialisasi. Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.

2.      Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov)

Teori kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal, memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku.

3.      Teori kondisioning operan (B. F. Skinner)

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan (http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/teori-belajar-  behavioristik.doc)

a.      Psikologi Perkembangan

Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan  sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.

Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan  dari sebuah pengalaman yang akan membuat  individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu ( kognitif ), dari tidak mau menjadi mau ( afektif ) dan dari tidak bisa menjadi bisa ( psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk  mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.

Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk. Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan social. Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan .

Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1)      Perkembangan  terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia

2)      Kecepatan  perkembangan setiap individu berbeda-beda

3)      Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya

4)      Arah perkembangan individu dapat diprediksi

5)      Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.

Ada tiga teori perkembangan atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: (Nana Syaodih, 1988)

1)      Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahapan memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.

2)      Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang membuat kelompok-kelompok.

3)      Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.

Dari ketiga pendekatan ini yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.

1.      Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik

Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil ( anak adalah orang dewasa mini ) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, social, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan.

Robert Havighurst (dalam http :// http://www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html ) membagi perkembangan individu menjadi 4 tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak  kecil ( 0-6 tahun ), masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ), masa remaja atau adolesen ( 12-18 tahun ), dan masa dewasa ( 18- …tahun ), selain itu havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan ( development task ) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut :

a.      Tugas perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun )

1)      Belajar berjalan

2)      Belajar makan makanan yang padat

3)      Belajar berbicara/berkata-kata

4)      Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh

5)      Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya

6)      Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah

7)      Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan social dan kenyataan fisik

8)      Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara dan orang lain

9)      Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati

b.      Tugas perkembangan masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ):

1)      Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari

2)      Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organism yang tumbuh

3)      Belajar bermain dengan teman-teman lainnya

4)      Belajar memahami peranan-peranan kepriaan dan kewanitaan

5)      Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung

6)      Pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari

7)      Pengembangan kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai

8)      Pengembangan kebebasan pribadi

9)      Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok social dan lembaga

c.       Tugas perkembangan masa Remaja / Adolesen ( 12-18 ):

1)      Mencapai peranan social dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan   serta kebebasan emosional orang tua

2)      Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan

3)      Mempersiapkan diri untuk keluarga

4)      Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggung jawab dalam masyarakat

d.      Tugas perkembangan pada masa Dewasa ( 18 – ….)

1)      Mulai menduduki suatu jabatan / pekerjaan

2)      Masa dewasa tengah umur :

a)      Mencapai tanggung jawab social dan warga Negara yang dewasa

b)      Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa

c)      Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi

d)     Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua

e.       Tugas perkembangan Usia Lanjut :

1)      Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani

2)      Menyesuaikan diri pada saat pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang

3)      Menyesuaikan diri terhadap kematian, terutama banyak beribadah

Dari uraian di atas, seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai dari perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa perkembangannya.

2.      Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik ( Orang Dewasa ) yang diharapkan

Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (dalam http :// http://www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan dalam rangka membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :

a.  Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil :

  1. Menyelenggarakan disiplin secara  lemah lembut secara konsisten
  2. Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan
  3. Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik
  4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi
  5. Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik

b.  Perlakuan pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah :

  1. Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus menerus
  2. Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan dsb.
  3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik
  4. Menyediakan benda-benda untuk diekplorasi
  5. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi ssosial dan kerja kelompok kecil
  6. Menggunakan program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
  7. Memperbanyak aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan.

c.  Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak :

  1. Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak.
  2. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok
  3. Membangkitkan rasa ingin tahu
  4. Secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami
  5. Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangan baru
  6. Bersaama-sama menciptakan aturan dan kejujuran
  7. Memberikan contoh model hubungan social
  8. terbuka terhadap kritik

d.  Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal :

  1. Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
  2. Menerima makin dewasanya peserta didik
  3. Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur
  4. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.

e.  Perlakuan pendidik ( orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir :

  1. Menghargai pandangan-pandangan pessrta didik
  2. Menerima kematangan peserta didik
  3. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat
  4. Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir
  5. Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah
  6. Bekreasi bersama dan bersa-sama menegakan berbagai aturan

1.      Psikologi Belajar

Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.

Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:

a.       Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.

b.      Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.

c.       Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.

d.      Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.

e.       Tersedia materi pelajarn yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.

f.       Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.

g.      Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.

h.      Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.

Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai factor-faktor ekstern, sedangkan sisanya adalah sebagai factor-faktor intern. Factor-faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sementara itu factor-faktor intern dikembangkan sendiri oleh anak-anak di bawah arahan dan strategi mengajar atau pendidik.

 

2.        Psikologi Sosial

Psikologi social adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Dengan demikian, psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.

3.      Implikasi Landasan  Psikologi dalam Pendidikan

Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi social, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan, Implikasi itu sebagian besar dalam bidang kurikulum sebab materi pelajaran dan proses belajar mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak social dan kesiapan mereka belajar. Implikasinya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:

a.       Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi , dan pada kognisi , semuanya memberi petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.

b.      Psikologi belajar

a). Yang klasik

1.    disiplin mental bermanfaat untuk menghafal untuk menghafal dan melatih soal-soal.

2.    Naturalis/aktualisasi diri bermanfaat untuk pendidikan seumur hidup.

b). Behavioris bermanfaat atau cocok untk membentuk atau cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dan sebagainya.

c). Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.

c.       Psikologi social

a)        Persepsi diri atau tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para siswa memiliki konsep yang ril maka pendidik perlu mengembangkan perilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang posistif. Konsep diri yang keliru dapat merusak perkembagan  anak.

b)        Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan padsa waktu dan situasi yang tepat.

c)        Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui,

1.    Pemenuhan minat dan kebutuhannya.

2.    Tugas-tugas yang menantang

3.    Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman sukses.

d)       Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti itu perlu dikembangkan oleh para pendidik.

e)    Pendidik perlu membendung perlaku agresif anti social tetapi mengembangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa tidak putus asa.

f)    Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin di kalangan anak-anak.  Sebab kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.

d. kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kegiatan afeksi harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka.

e. kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang.

f. wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:

a)    semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis.

b)   potensi-potensi itu berkembang secara optimal.

c)    potensi-potensi berkembang secara intergratif

4.      Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Adanya kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku baru berupa kemampuan atau kompetensi aktual dan potensial dari setiap peserta didik, serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.

Psikologi merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar manusia, yaitu antara anak didik dengan pendidik, dan juga antara anak didik dengan manusia-manusia lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Menurut        Nana Syaodih Sukmadinata (2006 : 50)  ”kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan”. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang nampak maupun yang tidak nampak; baik perilaku kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik. Interaksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi antara anak dengan guru pada tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas.

Anak didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, melalui penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik. Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

Apa yang didikkan dan bagaimana cara mendidiknya perlu disesuaikan dengan tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku pada berbagai tingkat serta pola-pola perkembangan anak menjadi bagian dari psikologi perkembangan. Sementara itu, model-model atau pendekatan pembelajaran mana yang dapat memberikan yang optimal, dan bagaimana proses pelaksanaannya memerlukan studi yang sistematik dan mendalam. Studi yang demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar. Dengan demikian, paling tidak ada dua bidang psikologi yang harus mendapat perhatian para pengembang kurikulum, yakni psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan terutama di dalam proses pemilihan dan penyusunan isi pendidikan serta proses mendidik atau mengajar.  Hal ini dimaksudkan agar anak didik dapat dilayani secara proporsional.

Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping persamaannya. Implikasi terhadap pengembangan kurikulum menurut Rudi Susilana dkk. (2006 : 22) yaitu:

a.       Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya.

b.      Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.

c.       Kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya.

d.      Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan bathin.

Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap pelaksanaan pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik.

2.      Bahan atau materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.

3.      Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

4.      Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.

5.      Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus menerus.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pidarta, Made.2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardjo, M dan Ukim Komaruddin. 2009. Landasan Kependidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

ENTRI

𝗦𝗧𝗘𝗠𝗣𝗘𝗟 𝗞𝗘𝗦𝗨𝗟𝗧𝗔𝗡𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗟𝗟𝗢 ( Mangkasar)

 Sultan Talloq Harun ar-Rasyid ال وتسق ب اللاهي ال اذهم اس سولثن هارون ار رشيد شهاهيبو مملاكه تللوق ب فدل اللاهي ار رحمن Al Watsiq billahi a...

POPULAR POST