Pages

Monday, May 10, 2021

TEORI FEMINISME SASTRA

Pendahuluan

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya, sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sastra dapat dibahas berdasarkan dua hal, yaitu isi dan bentuk. Dari segi isi, sastra membahas tentang hal yang terkandung di dalamnya, sedangkan bentuk sastra membahas cara penyampaiannya .

Ditinjau dari isinya, sastra merupakan karangan fiksi dan non fiksi. Apabila dikaji melalui bentuk atau cara pengungkapannya, sastra dapat dianalisis melalui genre sastra itu sendiri, yaitu puisi, novel, dan drama. Karya sastra juga digunakan pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam realitas yang dihadapinya. Realitas ini merupakan salah satu faktor penyebab pengarang menciptakan karya, di samping unsur imajinasi. Menurut (Semi, 1993:8), karya sastra merupakan karya kreatif sehingga sastra harus mampu melahirkan suatu  kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan  kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra juga harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia. Hal ini dikarenakan objek seni sastra adalah  pengalaman hidup manusia terutama menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir.

Wanita di wilayah publik cenderung dimanfaatkan oleh kaum laki-laki untuk memuaskan koloninya. Wanita telah menjelma menjadi bahan eksploitasi bisnis dan seks. Dengan kata lain, saat ini telah hilang sifat feminis yang dibanggakan dan disanjung bukan saja oleh kaum wanita, namun juga kaum laki-laki. Hal ini sangat menyakitkan apabila wanita hanya menjadi satu segmen bisnis atau pasar (Anshori, 1997: 2).

Sastra Indonesia memandang wanita menjadi dua bagian kategori. Kategori pertama adalah peran wanita dilihat dari segi biologisnya (isteri, ibu, dan objek seks) atau berdasarkan tradisi lingkungan. Kedua, bahwa peranan yang didapat dari kedudukannya sebagai individu dan bukan sebagai pendamping suami. Tokoh wanita seperti kategori kedua di atas, biasanya disebut sebagai perempuan feminis yaitu perempuan yang berusaha mandiri dalam berpikir, bertindak serta menyadari hak-haknya (Suroso, 1998:2).

Perkembangan feminis mempunyai keinginan untuk meningkatkan kedudukan serta derajat  kaum  wanita agar sama atau sejajar dengan kaum laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan  ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah berusaha mendapatkan hak dan kewajiban yang sejajar dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu, kemudian muncul istilah equal right's movement (gerakan persamaan hak). Cara lainnya adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga, dinamakan dengan women's liberation movement  yaitu sebuah gerakan pembebasan Wanita. Pada akhirnya, wanita dapat menunjukkan tokoh-tokoh citra wanita yang  kuat dan mendukung nilai-nilai feminisme.

Sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, sas dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau intruksi, sedangkan tra biasanya menunjukkan alat atau sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi atau pengajaran (Teeuw, 1988:23).

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Mereka beranggapan bahwa bahwa teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia (Tang, 2007:01).

Feminisme

Feminisme adalah sebuah ideologi pembebasan kaum wanita yang melekat dalam keyakinan mereka bahwa wanita telah mengalami berbagai bentuk ketidakadilan karena jenis kelaminnya. Feminisme dengan demikian juga adalah model transformasi yang bertujuan menciptakan dunia bagi wanita (Humm, 2002: 158).

Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman, berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai  kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah, masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis kultural). Dengan kalimat lain, male-female mengacu pada seks, sedangkan masculine-feminine mengacu pada  jenis kelamin atau gender, sebagai he dan she, jadi tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 2007:184).

Aliran-Aliran Feminisme

Lahirnya gerakan Feminisme yang dipelopori oleh kaum perempuan terbagi menjadi tiga gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa di mana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet sebagai pelopornya. Menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di negara-negara penjajahan Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood (Anwar, 2009: 21).

Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasi manusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki. Bila persamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahan. Perbedaan perspektif tersebut melahirkan sejauh ini empat aliran besar, yakni feminisme liberal, marxisme, radikal, dan sosialis.

Teori Kritik Sastra Feminis

Kritik sastra feminis di dunia Barat sering dimetaforakan sebagai quilt. Quilt yang dijahit dan dibentuk dari potongan-potongan kain persegi itu pada bagian bawahnya dilapisi dengan kain lembut. Jahitan potongan kain itu memakan waktu cukup lama dan biasanya dikerjakan oleh beberapa orang. Metafora ini dapat dikenakan sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis, kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang wanita dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai wanita, Yoder dalam Suharto (2010: 20).

Tugas utama kritik feminisme adalah mencari perbedaan-perbedaan pengalaman yang mendasari penggunaan-penggunaan imaji dalam mempresentasikan wanita. Metode kritik feminis harus mencari kenyataan yang ada dibalik fiksi, untuk itu kritik feminis harus berpijak  secara hati-hati sebelum menyatakan bahwa pengarang wanita yang mempersepsikan kenyataan atau karakter wanita adalah suatu penyimpangan, Kolodny dalam Anwar (2009:43).

Jenis-Jenis Kritik Sastra Feminis

Adapun jenis-jenis kritik sastra feminis yang berkembang di masyarakat adalah (Saraswati, 2003: 156):

  • ·         Kritik Ideologi
  • ·         Kritik yang Mengkaji Penulis-Penulis Wanita
  • ·         Kritik Sastra Feminis Sosialis
  • ·         Kritik Sastra Feminis-Psikoanalistik
  • ·         Kritik Feminis Lesbian
  • ·         Kritik Feminis Ras atau Etnik


ENTRI

𝗦𝗧𝗘𝗠𝗣𝗘𝗟 𝗞𝗘𝗦𝗨𝗟𝗧𝗔𝗡𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗟𝗟𝗢 ( Mangkasar)

 Sultan Talloq Harun ar-Rasyid ال وتسق ب اللاهي ال اذهم اس سولثن هارون ار رشيد شهاهيبو مملاكه تللوق ب فدل اللاهي ار رحمن Al Watsiq billahi a...

POPULAR POST