Pages

Sunday, May 9, 2021

TUT WURI HANDAYANI

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan juga diartikan sebagai sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat tergantung pada orang lain (orang tuanya, utamanya ibu) namun memiliki potensi yang hamper tanpa batas untuk dikembangkan.

Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Di antara berbagai asas tersebut, salah satu asas yang akan dibahas pada makala ini adalah tut wuri handayani, Asas itu dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan.

Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraan pendidikan sehari-hari. Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas – dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas pendidikan telah disepakati sebagai suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.(Tirtarahardja,1994).

 

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1.      Apakah arti dan prinsip yang melandasi asas tut wuri handayani?

2.      Bagaimanakah kerasionalan asas tut wuri handayani?

3.      Apakah Ciri-ciri asas tut wuri handayani?

4.      Alasan apakah yang menopang asas tut wuri handayani?

5.      Bagaimanakah Implikasi asas tut wuri handayani dalam bidang  pendidikan?

C.    Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:

1.         Mendeskripsikan  arti dan prinsip yang melandasi asas tut wuri handayani.

2.         Mendeskripsikan  kerasionalan asas tut wuri handayani.

3.         Mendeskripsikan ciri-ciri asas tut wuri handayani.

4.         Mendeskripsikan alasan yang menopang asas tut wuri handayani.

5.         Mendeskripsikan Implikasi asas tut wuri handayani dalam bidang  pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Arti dan prinsip yang melandasi asas tut wuri handayani

1.      Arti asas tut wuri handayani

Asas tut wuri handayani berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti „Jika di belakang mengawasi dengan awas‟. Asas Tut Wuri Handayani pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya(Hamzah, 1991:90).

Tut Wuri Handayani: Di Belakang, Seorang Guru harus mampu mengarahkan dan Memotivasi peserta Didik agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari "Asas 1922" yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922).

 

2.      Prinsip

Prinsip asas tut wuri handayani ada tiga yaitu:

a.       Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak buahnya. Ing ngarsa sung tuladha (di depan member contoh) adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. la menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya} mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.

b.      Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah membangun kehendak atau niat. Pemimpin harus berjuang bersama anak buah. Ing ngarsa sung tuladha (di depan member contoh) adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. la menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya} mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.

c.       Tut wuri handayani. Artinya, dari belakang memberikan dorongan. Ada saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri. Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24).

Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari "Asas 1922" yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari asas Tut Wuri Handayani, perlu dikemukakan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah colonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asa tersebut yang secara singkat disebut "Asas 1922" adalah sebagai berikut:

1)      Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.

2)      Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

3)      Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

4)      Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.

5)      Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.

6)      Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

7)      Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Ketiga prinsip tersebut, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, perlu dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingan.

B.     Rasional asas tut wuri handayani

Mengingat bahwa pebelajar selalu berarti harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar tertentu (natural, sosial dan atau kultural), maka penggalakan kembali Pendekatan CBSA harus dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan keaktifan murid di dalam pembelajaran agar hasil belajar juga menjadi optimal. Hal itu terutama karena adanya kenyataan obyektif yang dihadapi, serta harapan-harapan di masa depan. Beberapa kenyataan obyektif dan harapan tersebut (T. Raka Joni, 1985: 9-11;Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002:10) antara lain:

1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin dipercepat sehingga bahan ajar (isi mata pelajaran) akan cepat menjadi usang. Dengan demikian pebelajar dituntut untuk terus belajar, sehingga dalam pembelajaran: hasil belajar sama pentingnya dengan penguasaan cara belajar yang tepat;

2.      Perkembangan yang cepat dari Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK (information and communication technology atau ICT) sehingga terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh informasi selain yang disampaikan guru di sekolah. Dengan kata lain, terdapat beragam sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh murid kapan dan di mana saja yang diinginkannya.

3.      Perubahan pandangan dan harapan tentang fungsi sekolah yakni dari fungsi seleksi (hanya yang unggul yang dapat lanjut) menjadi fungsi pengembangan (setiap murid dapat lanjut terus sesuai kemampuannya). Oleh karena itu, sekolah dituntut untuk berupaya sedemikian rupa sehingga semua murid dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai kemampuan masing-masing. Di samping itu, sekolah diharapkan secra serentak menyiapkan peserta didiknya untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya (fungsi sosialisasi) dan untuk mampu membaharui masyarakatnya itu (agen pembaharuan).

 

C.    Ciri-ciri asas tut wuri handayani

Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, (2) Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik , (3) Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (4) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (5) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (6) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik)

D.    Alasan yang menopang asas tut wuri handayani

Alasan yang bersifat teknis-psikologis yakni hakekat belajar adalah pengubahan pengetahuan- pemahaman yang berkelanjutan melalui proses pemberian makna (baik sisi intelektual maupun emosional) oleh pebelajar terhadap pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, yang dibedakan atas:

1.      Kebermaknaan intelektual pengalaman pebelajar itu dapat berarti:

a.       Terasimilasikannya (terbaurkan) isi pengalamaan baru ke dalaam struktur   kognitif   yang telah ada (asimilasi kognitif), atau

b.      Termodifikasinya struktur kognitif untuk mengakomodasikan (menempatkan) pengalaman baru itu (akomodasi kognitif), dan

c.       Selain proses kognisi (asimilasi dan akomodasi), proses belajar yang efektif akan berdampak pada proses meta-kognisi yakni terjadinya kesadaran pebelajar atas proses kognisinya itu serta terbentuknya kemampuan untuk mengendalikan proses kognisinya itu, dengan kata lain: pebelajar belajar bagaimana belajar (learning how to learn)

2.      Kebermaknaan emosional pengalaman pebelajar berkaitan dengan kepemilikannya (sense of ownership) yakni pebelajar merasa bahwa isi pengalaman belajar itu penting baginya, baik pada saat mengalaminya maupun untuk waktu yang akan datang; motivasi intrinsik tersebut akan menjadi landasan terbentuknya kemampuan belajar mandiri

Alasan yang bersifat pilihan nilai terkait dengan pembentukan manusia dan masyarakat Indonesia masa depan dalam kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan 3 (tiga ) ciri utama yakni kepekaan, kemandirian, dan tanggung jawab.

Dengan Pendekatan CBSA, yang sangat mengutamakan prakarsa dan keterlibatan murid (fisik, intelektual, dan atau emosional) dalam pembelajaran akan membekali murid bukan hanya pengetahuan, ketrampilan, dan atau sikap yang menjadi tujuan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan ketrampilan belajar yang terus dikembangkan/digunakan sepanjang hidupnya. Dengan kata lain: proses belajar dan hasil  belajar sama pentingnya, baik sebagai dampak pembelajaran maupun dampak pengiring.

 

E.     Implikasi asas tut wuri handayani

Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.

Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

1.      Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

2.      Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam mengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya melibatkan siswa seperti ini yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA).

3.      Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, moitivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.

4.      Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guri.

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:

a.       peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri,

b.      peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya

c.       peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya,

d.      peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri, peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

 

 

 

 

 

 


ENTRI

𝗦𝗧𝗘𝗠𝗣𝗘𝗟 𝗞𝗘𝗦𝗨𝗟𝗧𝗔𝗡𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗟𝗟𝗢 ( Mangkasar)

 Sultan Talloq Harun ar-Rasyid ال وتسق ب اللاهي ال اذهم اس سولثن هارون ار رشيد شهاهيبو مملاكه تللوق ب فدل اللاهي ار رحمن Al Watsiq billahi a...

POPULAR POST